Jumlah Pengunjung

[ Hak Cipta milik Scanlinestudio. Silahkan simpan (save) halaman blog kami bila ingin dibaca lebih lanjut, Terimakasih ]
Klik-lah pada gambar untuk tampilan lebih jelas

Jumat, 26 Desember 2008

IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) AWARD
Hunian Darurat Pasca Bencana di Indonesia


Nama Proyek : Lomba Hunian Darurat Pasca Bencana di Indonesia

Lokasi : Aceh khususnya dan Indonesia umumnya

Penyelenggara : IAI Nasional

Team : Mata Merah UII


Bencana terjadi dimana-mana di Indonesia. Konflik, gunung berapi, gempa, banjir dan angin... Karena alasan tersebut muncullah ide untuk menciptakan sebuah desain shelter yang dapat berfungsi sebagai hunian darurat di Indonesia.....


Membutuhkan waktu yang lama, yaitu 1 semester perkuliahan, dan pemikiran yang serius untuk menghasilkan shelter berdimensi 225cm x 300cm ini. Berulang-ulang mengadakan presentasi dalam perkuliahan dan menuai kritik yang begitu banyak, dari dukungan hingga celaan.
(klik pada gambar untuk melihat lebih jelas)

Beberapa hal yang sangat diperhatikan, diantaranya:
- Emergency response:
Kemungkinan yang terjadi apabila terjadi bencana susulan. Dan respon sipemakai apabila terjadi keadaan darurat


- Budaya:
Bentuk atap tradisional yang umum dipakai di Indonesia, yaitu: Pelana. Sehingga si pengguna tidak merasa asing dengan bangunan yang digunakan


- Sistem aplikasi: Bangunan harus dapat ditempatkan didaerah manapun dengan kondisi tanah kering. Harus dapat dipindahkan secara mendadak (knock down) dalam hitungan menit. Design mengadopsi sistem knock down dari bentuk kipas. Praktis saat standby dan mudah saat dibentang.

- Produksi:
Design harus dapat diproduksi masal dengan sistem roda berjalan (industri).


- Biaya:
Bangunan menggukanan bahan lokal yang banyak terdapat di Indonesia, seperti kayu dan dedaunan penutup atap


- Lingkungan:
Bangunan harus rusak pada waktu yang ditentukan karena bangunan bersifat sementara (shelter). Dan bangunan harus dapat didaur ulang oleh alam (secara alami) setelah tidak layak digunakan.

Berikut beberapa gambar proses aplikasi langsung ke maket 1:2 dan beberapa maket tanggap bencana lain...


Sistem sambungan & struktur dari pemipaan

Terpal, karung beras plastik atau spanduk bekas sebagai penutup atap

Penutup atap dari anyaman daun, lebih ramah lingkungan & menyerap panas

Sistem sambungan dengan kunci kait dari plat

Sistem sambungan antar dinding dengan engsel
dan pondasi menancap ke tanah seperti tenda umumnya


Salah satu kebiasaan pengungsi adalah menggantung
baju sehingga disediakan kawat penggantung

Aceh mengalami bencana Tsunami,
IAI Nasional mengadakan sayembara.
.......

Design dikaji ulang berbagai kelemahannya, diantaranya:
- Privacy pengguna kurang karena dinding gedeg dapat diintip dan belum adanya pintu serta jendela
- Dimensi ruang belum maksimal, pada bagian tepi orang tidak dapat berdiri didalamnya

- Bahan dinding (gedeg) bukan pabrikasi sehingga sulit jika diperlukan secara masal dan cepat

Dan akhirnya terciptalah design baru.....

(klik pada gambar untuk melihat lebih jelas)

Kamipun akhirnya mendapat kesempatan sebagai pemenang dan dipublikasi ke berbagai media...

Di undang dalam workshop IAI untuk jalan keluar shelter di Aceh.....
.....

satu tahun berlalu.... Jogja diguncang gempa......... .......
Kami, team Mata Merah kecewa pada IAI....
desain yang selama ini dibahas tidak teraplikasi.....



Saya yang tinggal di Bantul, Yogyakarta, merasakan sendiri bagaimana orang harus tidur diluar karena rumahnya telah roboh & bagi mereka yang masih memiliki rumahpun masih trauma berada didalam rumah. Malam hari setelah gempa, hujan mengguyur Bantul, hanya tikar, selimut dan dedaunan yang bisa melindungi tubuh sebagai shelter.....


Dimanakah peranmu IAI....
Hanya sebagai pencetus sayembarakah.....


Jika desain masih belum sempurna, masih ada jalan untuk menyempurnakan. Jika butuh investor, ada berbagai jalan, salah satunya dengan beriklan di shelter tersebut, seperti menuliskan pada bagian dinding atau atap dengan tulisan: Bantuan dari (.......).


Semoga, jika ada bencana dikemudian hari, IAI lebih dapat berperan AKTIF, tidak sekedar sebagai penyelenggara sayembara, tetapi juga sebagai aplikator dari hasil sayembara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar