Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Klaten
Final Assignment
Berikut merupakan Tugas Akhir Perancangan saya pada tahun 2006, dengan judul:
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A
DI KLATEN, JAWA TENGAH
(Penekanan pada penataan massa, Pengolahan Ruang Dalam, Pengolahan Ruang Luar LP Kelas IIA agar menunjang Sistem Keamanan Dan Kelancaran Pembinaan)
"Bukan keindahan bangunan yang membuat saya tertarik dalam menyusun Tugas Akhir ini, namun keteraturan sistem, baik itu sistem bangunan, sistem sirkulasi, kelemahan & kekuatan keamanan (building security), keselamatan bangunan (building safety), adalah alasan utama untuk menyelesaikannya"
Tugas akhir ini merupakan tugas akhir pertama non skripsi didalam Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia. Sulitnya mencari data, mendapatkan perizinan, birokrasi berlapis, dll merupakan tantangan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
LP merupakan salah satu bagian Rahasia Tinggi Negara (Top secret). Dalam hal perizinan, seorang dosenpun pernah ditolak untuk melakukan penelitian dilingkungan LP, bahkan hingga ke Menteri Kehakiman & HAM. Dikarenakan saya pernah bergabung dalam perusahaan yang sering terlibat dalam perawatan LP maka dimudahkan dalam perizinan tersebut.
Judul sebelumnya, Re-design LP Klaten. Namun karena sebuah re-design harus menampilkan eksisting LP, maka dihapus & direlokasi ke tempat berbeda. Rancangan juga mengambil studi banding ke beberapa LP, seperti LP Purworejo dan Batang, Jawa Tengah. Rancangan mengambil keputusan pemerintah:
M – 01.PR.07.10 Tahun 2005
Organisasi danTata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
ABSTRAKSI
Lembaga Pemasyarakatan mempunyai fungsi sebagai tempat pembinaan dan pemidanaan atas tindak kriminal narapidana yang telah ditetapkan masa hukuman dan pengurungannya oleh hakim atau mahkamah. Kurangnya pembinaan dan pengawasan adalah kelemahan Lembaga Pemasyarakatan pada umumnya di Indonesia.
Permasalahan yang akan diselesaikan dalam perancangan ini bagaimana menata masa, mengolah ruang luar, mengolah susunan ruang dalam LP tipe II A agar menunjang sistem keamanan dan kelancaran pembinaan.
Beberapa langkah dan metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu: Langkah pertama, berupa pengumpulan data terkait dengan perancangan, diantaranya: Survey Lokasi, Studi Literatur dan wawancara. Langkah kedua, berupa mengkaji Hukum Perancangan Lembaga Pemasyarakatan untuk mendapatkan peluang kreatifitas design. Langkah ketiga berupa mengkaji karakteristik ruang yang secara psikologis memberi dampak untuk proses pembinaan. Langkah keempat berupa analisa Karakter Narapidana dalam tiap tahap pembinaan menjadi suatu rancangan. Langkah kelima berupa study bentuk dalam pola ruang dari gubahan massa. Dan langkah terakhir merupakan Tahap Pengembangan Desain melalui gambar kerja (menata masa, mengolah ruang luar, mengolah susunan ruang dalam LP tipe II A agar menunjang sistem keamanan dan kelancaran pembinaan).
Dengan menggunakan metoda diatas maka diperoleh pendekatan gubahan massa dalam faktor keamanan narapidana, didapatkan kesimpulan bahwa Gubahan Massa Telephone Pole adalah gubahan massa yang terbaik, pendekatan gubahan massa dalam faktor psikologi narapidana dan kegiatan pembinaan didapatkan kesimpulan bahwa Gubahan Massa Auburn/Sing-sing adalah gubahan massa yang terbaik. Pengolahan ruang luar disesuaikan dengan karakter narapidana pada tiap tahapan pembinaan. Penataan ruang luar akan berpengaruh pada kondisi keamanan di dalam LP, baik dari usaha narapidana melarikan diri, perkelahian, atau pewarisan ilmu kriminalitas. Pengolahan susunan ruang dalam, berupa: kapasitas warga binaan didalam sel dan karakteristik ruang hunian (sel) dibedakan berdasarkan tahapan pembinaan, yaitu semakin tinggi tahapan pembinaan maka semakin besar kapasitas warga binaan didalam sel dan tuntutan kenyamanan yang didapat dan karakteristik ruang-ruang pembinaan dibedakan berdasarkan fungsinya dan tetap mendukung keamanan dan kelancaran pembinaan.
Berikut merupakan ringkasan kajian saya tentang LP, diantaranya:
1. Eksisting LP
Lapangan dengan perkerasan lantai penuh tanpa penataan vegetasi
Ruang jemur baju alakadarnya & pagar tanpa wiremesh
Ruang hunian + WC. Air dinyalakan pada waktu tertentu sehingga air ditampung kedalam botol air mineral jika ada kekurangan air.
Dengan kualitas yang tidak sehat seperti ini sulit untuk membangun badan yang sehat bahkan jiwa yang sehat (mensana in corpore sano)
2. Elemen pembentuk Ruang
Ruang: Suatu area yang terlingkupi oleh batasan & sebagai wadah aktifitas didalamnya
- Cahaya
Cahaya merupakan pelingkup batasan view (cakupan pandangan) mata manusia. Jika pengamat pada posisi ruang terang dan mengamati ruang gelap, maka ruang gelap tidak bisa ditembus pandangan. Namun sebaliknya, jika pengamat pada posisi ruang gelap dan mengamati ruang terang, maka ruang terang dapat ditembus pandangan.
- Dinding
Dinding dapat sebagai pembatas pandangan dengan menutup penuh area pandangan yang diinginkan. Dan dapat sebagai screen, pembatas pergerakan manusia & meminimalkan pandangan, yaitu dengan penempatan jeruji atau wiremesh. Dan dapat pula sebagai pembatas pergerakan namun pandangan dapat bebas, yaitu dengan penempatan elemen kaca.
- Level & warna Lantai
Level lantai & warna lantai berfungsi untuk menegaskan area yang dapat dilalui.
3. Analisa Kebiasaan Napi
Salah satunya adalah analisa kemungkinan bagaimana cara Napi Kabur melalui Pagar
Dibutuhkan setidaknya 6 orang untuk meloloskan diri dari pagar pembatas Luar LP.
4. Analisa Gubahan Massa dalam faktor keamanan Narapidana
5. Penataan Ruang Pengawasan
6. Penataan Bentuk Keamanan
7. Pola Hubungan antar kelompok ruang
Dan berikut hasil final, Laporan Perancangan Tugas Akhir (Selamat membaca)....
Sabtu, 20 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar